Gen Z dalam Lingkaran Kehidupan Materialistik Sekuler



Oleh: Febriani Safitri, S.T.P 


Fenomena feel or missing out atau fomo adalah gejala sosial yang timbul ketika seseorang tidak ingin ketinggalan oleh sebuah tren yang ada. Dalam hal ini, sudah menjadi salah satu tren signifikan di kalangan generasi Z. Hal ini bisa dilihat dari beberapa gejala sosial seperti demam boneka labubu yang dipamerkan oleh idol kpop lisa blackpink di media sosial. Fomo mencerminkan dampak besar interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. 


Dengan kehadiran teknologi digital terutama media sosial. Kecenderungan untuk merasa tertinggal atau tidak terlibat dalam kegiatan yang dianggap penting menjadi semakin nyata. Tidak bisa dipungkiri Gen Z merupakan generasi digital native. Sementara itu, perkembangan media sosial tidak lagi hanya sekedar menampilkan konten informasi berita, namun juga konten-konten yang menampilkan gaya hidup, pengalaman, pencapaian penampilan, hingga popularitas.


Tidak adanya standar kemuliaan yang benar membuat gen z cenderung membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan yang dipamerkan orang lain. Muncul kecemasan akan ketertinggalan atau keterasingan. Bahkan agar tidak ketinggalan trend mereka sampai melakukan doom speending alias gemar berutang. Mereka akan terbiasa berprilaku konsumtif hingga krisis identitas. Sejatinya akar masalah munculnya gaya hidup fomo tidak serta merta karna trend media sosial. Tetapi karena seseorang berprilaku sesuai dengan pemahamannya. Dimana, pemahaman yang dipengaruhi oleh ide sekulerisme kapitalisme liberalisme. 


Ide sekurisme, yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga membuat manusia merasa kehidupan di dunia tidak terikat dengan aturan agama kecuali masalah spiritual. Maka lahirlah ideologi kapitalisme yang memandang pencapaian dan kepuasan materi menjadi orientasi hidup. Maka tak heran, jika atmosfer kehidupan saat ini sangat jauh dari nilai agama dan hanya mengedepankan kepuasan validasi dari orang lain. 


Akhirnya muncul gaya hidup liberal, hedonistik dan konsumtif pada kesenangan dunia sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama. Apalagi regulasi dalam sistem kapitalisme tidak memberikan perlindungan bagi Gen Z. Sistem pendidikan, pendidikan sekulerisme, kapitalisme justru membekali siswa dengan pemahaman hidup yang materialistik. Platform media sosial dibiarkan menciptakan gaya hidup fomo yang semakin menjerumuskan generasi realistik. Inilah yang membuat gaya hidup fomo semakin mendapat tempat di kalangan generasi. Padahal gaya hidup fomo sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan pengabaian potensi generasi z untuk berprestasi dan berkarya. Juga menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan. 


Berbeda dengan sistem islam dalam menjaga generasi z dari gaya hidup rusak seperti fomo. Sistem Islam yang diterapkan negara khilafah akan memberikan perlindungan ekstra kepada semua warganya, tak terkecuali generasi Z. Perlindungan ini sebagai cerminan akidah Islam yang mengharuskan siapapun terikat dengan aturan Allah Swt. Dalam kehidupan islam memandang negara berfungsi sebagai juna atau pelindung. Sedangkan pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan umat terlebih sebagai agen perubahan menuju kebangkitan islam. Maka sebagai negara juna negara khilafah akan memastikan potensi generasi z terarah untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin.


Islam memiliki sistem pendidikan yang akan mampu melejitkan potensi gen Z dan mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan islam. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan islam memastikan setiap individu memiliki kepribadian Islam dan keahlian ilmu kehidupan. Tolok ukur kepribadian islam dilihat dari aqliyah atau cara berfikir dan nafsiyah atau cara bersikap sesuai dengan syariah. Dengan demikian setiap individu akan memiliki kesadaran untuk beramal sesuai dengan syariat islam. 

Fomo karena ketinggalan tren bersikap hedon, liberal konsumtif, bukan perilaku yang dibenarkan syariat. Maka gaya hidup seperti itu tidak akan mendapat tempat dalam atmosfer kehidupan generasi khilafah. Sebab mereka menyadari kemuliaan terletak pada amal sholih dan keridhoan Allah ta'ala. Justru yang ada mereka akan berlomba lomba melakukan kebaikan sesuai dengan potensi yang mereka miliki.


Generasi akan sangat memahami apa yang menjadi kebutuhan mendasar umat dan kemuliaan islam. Kesadaran itu semakin mengkristal karena negara khilafah mengontrol konten konten yang ada di media sosial media dalam khilafah digunakan untuk mengedukasi umat terkait syariah, meningkatkan taraf berpikir politis warga negara menunjukkan hai bahwa kewibawaan khilafah di kancah perpolitikan internasional. Hanya saja sistem Islam yang pernah ada dahulu diruntuhkan oleh musuh islam. Sebagai pemuda gen Z muslim harus menyadari memiliki potensi yang luar biasa sebagai agen perubahan yang sangat dibutuhkan umat. Perubahan untuk membangun kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat islam pada masa lalu dalam naungan khilafah islamiah. Wallahualam

Labels:

Posting Komentar

[facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.