Aniyah_Chan (Penulis) |
Kau hadir seperti mentari pagi,
Membawa hangat pada hati yang sepi.
Namun kini kau hilang, hanya bayang,
Meninggalkan luka yang tak pernah hilang.
Aku mencarimu dalam hening malam,
Di tiap desah angin, di tiap geram.
Namun suara itu kini bisu,
Hanya gema rindu yang kian kelu.
Apa kau tahu, setiap langkahku berat?
Sebab bayangmu terus mengikat.
Wajahmu tersisa di antara sisa air mata,
Namun genggamanmu tak lagi ada.
Aku memanggil, tapi kau tak menjawab,
Namamu bergetar di ujung napas.
Hanya doa yang kini kupunya,
Namun itu pun terasa sia-sia.
Seandainya waktu bisa kubekukan,
Aku ingin kembali pada pelukan.
Tapi takdir terlalu kejam,
Merenggutmu tanpa memberi salam.
Hari ini, aku berdiri di pusaramu,
Membawa bunga yang layu bersama waktu.
Hanya satu yang bisa kubisikkan:
Tunggulah aku di keabadian.
Hidupku kini hanyalah bayangan,
Tanpa dirimu, segalanya kehilangan tujuan.
Dan jika air mata ini tak cukup,
Biarlah ia menjadi sungai tempatku tenggelam.
Kau pergi, tapi aku tak benar-benar hidup lagi.
Karena kau adalah separuh jiwa ini.
Posting Komentar