Oleh Sumiati
Pendidik Generasi
Transportasi merupakan alat bantu manusia untuk menjelajahi bumi. Baik jarak dekat maupun jauh. Namun, bisakah terpenuhi dalam sistem kapitalisasi?
Dilansir dari TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON. Warga Kampung Bergang, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, menghadapi kesulitan besar akibat kondisi jalan yang berlumpur dan licin saat hujan. Jalan tanah yang menjadi akses utama menuju desa ini berubah menjadi berlumpur setiap kali diguyur hujan, sehingga sulit dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki. Salah seorang warga, Amri, mengungkapkan bahwa kondisi ini sangat mempengaruhi aktivitas sehari-hari, termasuk kebutuhan belanja. "Kalau mau keluar rumah jadi susah, biasanya langsung belanja untuk seminggu karena susah kalau harus bolak-balik, apalagi saat hujan," katanya pada Senin (18/11/2024).
Pembangunan infrastruktur transportasi belum merata di berbagai pelosok daerah, padahal transportasi merupakan elemen penting penghubung antar wilayah yang mendukung pengembangan ekonomi dan pembangunan, atau merupakan urat nadi ekonomi rakyat.
Karakteristik geografis dan topografi Indonesia yang beragam dan keterbatasan anggaran pembiayaan sering disebut sebagai kendali utama. Problem sebenarnya adalah gagalnya atau kepemimpinan sekuler dalam mengurus dan menjaga umat. Selama ini penguasa menempatkan diri sebagai regulator dan fasilitator, kepentingan pemodal sekaligus sebagai pebisnis yang menghitung pemenuhan hak rakyat dan perhitungan untung rugi.
Infrastruktur transportasi akan dibangun jika ada keuntungan ekonomi dengan skema investasi. Tak ditanggapinya perbaikan jalan oleh rakyat yang berulang bahkan diajukan setiap tahun menjadi bukti abainya penguasa atas kebutuhan rakyatnya sendiri. Padahal itu merupakan kewajiban dari penguasa atas rakyat. Menjadi salah satu risiko memilih menjadi pemimpin, adalah menunaikan setiap hak dan kebutuhan yang dipimpinnya.
Dalam Islam, infrastruktur jalan adalah salah satu hak rakyat yang wajib dipenuhi negara dengan kualitas dan kuantitas yang memadai dan mempermudah kehidupan mereka. Penerapan syariat Islam secara kaffah di semua aspek akan memungkinkan negara memenuhi hak tersebut tanpa memperhitungkan keuntungan dan tanpa bergantung kepada swasta. Negara dalam Islam memiliki banyak sumber pemasukan anggaran yang memungkinkan negara membangun sarana transportasi secara mandiri.
Seharusnya, para pemimpin negeri ini mencontoh para pemimpin terdahulu dalam memimpin rakyat. Banyak kisah inspiratif dari para Khalifah dari sahabat Rasulullah saw. Bagaimana beliau menjadi pemimpin yang bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Pada suatu ketika, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Seandainya seekor keledai terperosok di Kota Baghdad karena jalanan rusak, aku sangat khawatir karena pasti akan ditanya oleh Allah Ta’ala, “Mengapa kamu tidak meratakan jalan untuknya?”
Khalifah Umar ra. menangis karena khawatir akan kurangnya periayahan terhadap rakyatnya. Bukan malah hanya tersenyum ketika membahas ada kebutuhan rakyat yang tak terpenuhi. Jika saja pemimpin negeri ini mau belajar dari sejarah. Umar ra. saja merasa takut jikalau hewan terluka, bagaimana dengan nyawa manusia yang di dalam Islam sangat berharga?
Hebatnya Umar bin Khattab ra. ini bukan tersebab oleh dirinya semata, akan tetapi karena keislamannya, dan terpenting adalah sistem Islam yang menaunginya. Aturan yang lahir dari sang Maha Pencipta, yakni Allah Swt.
Wallahu a'lam bishshawab
Posting Komentar