![]() |
Oleh : Ummu Aidzul Tenaga Pendidik |
Bulan Ramadan adalah bulan suci yang dinantikan umat muslim di seluruh dunia. Karena berlipat ganda nya pahala yang akan diberikan saat beribadah di bulan ini. Hal ini juga yang dirasakan oleh umat muslim di Palestina. Apalagi terdapat mesjid Al-Quds yang merupakan kiblat pertama. Namun bukannya suka cita melainkan ketakutan yang dirasakan umat Islam di sana. Hal ini disebabkan gangguan yang dirasakan oleh jemaah saat sedang melaksanakan ibadah disana.
Sebagaimana yang terjadi pada tahun lalu, Israel sepertinya tidak ingin umat muslim Palestina merasakan kedamaian dan kekhusukan ibadah di bulan Ramadan. Di tengah perjanjian gencatan senjata, militer Israel justru memperketat pengawasan wilayah masjid Al-Quds. Jemaah yang diperkenankan masuk adalah perempuan Palestina berusia di atas 40 tahun yang memiliki kartu identitas. Tidak berhenti sampai disitu saja, pada tanggal 11 Maret 2025 tiba-tiba saja terjadi penyerbuan kompleks Masjid Al-Aqsa dan tentara melakukan pencopotan dua buah Toa mesjid di ruang salat Qibli yang biasa dipergunakan untuk mengumandangkan azan. (Tribunnews.com, 13-03-24)
Israel Melanggar Perjanjian Gencatan Senjata
Merupakan hal yang wajar jika muslim Palestina ingin melaksanakan ibadah di mesjid Al-Aqsa tercinta. Dia adalah tanah suci ke-3, disana pula Rasulullah melanjutkan perjalanan menuju Sidratul Muntaha. Namun, tanpa mempedulikan perjanjian gencatan senjata, tentara Israel kembali berulah. Mereka bersikap seolah pemilik mesjid ini sehingga berhak melakukan pembatasan jemaah ataupun bertindak lebih dari itu.
Tidak hanya itu saja, ternyata mereka dengan sengaja telah melanggar perjanjian gencatan senjata. Pihak Hamas menyatakan bahwa pihak Israel membatalkan perjanjian gencatan senjata secara sepihak dengan memborbardir Gaza pada tanggal 18 Maret 2025. Sebanyak 100 orang dikabarkan tewas dalam kejadian ini. Mediator dari negara Arab dan Amerika pun belum berhasil menengahi kedua pihak yang terus bertikai ini. Pihak Israel menginginkan pembebasan lebih banyak sandera, namun mereka menolak permintaan dari Hamas untuk meninggalkan Gaza.
Kondisi ini menunjukkan bahwa wilayah Palestina masih berada dalam peperangan. Ini diakibatkan karena keamanan tidak berada di tangan kaum muslimin. Kita tidak bisa berharap perdamaian akan terwujud melalui perundingan damai. Ini dikarenakan watak asli kaum Yahudi yang memang selalu melanggar perjanjian semenjak masa kepemimpinan Rasulullah saw dulu. Di masa itu mereka justru bekerja sama dengan kaum kafir Quraisy untuk berperang melawan Rasulullah.
Meski kondisinya sungguh sulit bagi masyarakat Palestina di tengah pembatasan jemaah, mereka tetap semangat untuk melakukan sahur dan Ifthar berjemaah. Bulan Ramadan ini seharusnya dipergunakan untuk lebih menguatkan Azam untuk membela saudara-saudara kita di Palestina. Panjatkan doa agar Palestina segera terbebas dan tidak lupa berikhtiar dengan memberikan pemahaman kepada umat tentang pentingnya persatuan umat Islam di bawah satu kepemimpinan.
Wajib Memerangi Israel di Bawah Satu Kepemimpinan
Melihat fakta yang ada terlihat perjanjian perang tidak akan mampu mengakhiri kejahatan Israel terhadap Palestina. Entitas zionis adalah muhariban fi'lan yang wajib dihadapi hanya dengan bahasa perang yang akan efektif dan solutif di bawah komando seorang Amirul Mukminin (pemimpin umat muslim). Karena kaum Yahudi dan Nasrani akan terus menampakan permusuhan kepada kaum muslim sebagaimana firman Allah Swt dalam QS Al-Baqarah ayat 120
"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhamad) sebelum engkau mengikuti agama mereka..."
Peperangan hanya akan berakhir jika salah satu pihak memenangkan perang. Dalam hal ini berarti rakyat Palestina yang harus memenangkan peperangan tentu saja wajib dibantu oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Karena wilayahnya yang merupakan tanah kharajiyah yang diperoleh melalui futuhat kaum muslimin di bawah komando Abu Ubaidah bin Jarrah dilanjutkan lagi oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Itu terjadi tatkala umat Islam berada di bawah naungan pemerintahan Islam yakni Khilafah. Maka dari itu mempertahankan tanah Palestina adalah kewajiban seluruh umat muslim di seluruh dunia.
Saat ini umat Islam tidak memiliki satu kepemimpinan karena disekat-sekat oleh nasionalisme. Setiap negara dipimpin oleh satu orang pemimpin yang merupakan antek barat dan selalu menuruti arahan dari Amerika. Sehingga mustahil terwujud persatuan umat untuk membela Palestina jika kondisinya tetap seperti itu.
Karenanya kita harus berjuang menegakkan kepemimpinan Islam yang akan membebaskan Palestina. Penegakan kembali Khilafah adalah qadliyah mashiriyah yang wajib menjadi agenda utama umat Islam. Untuk itu dibutuhkan dakwah yang dipimpin oleh jamaah dakwah ideologis untuk membangun kesadaran umat akan wajibnya menegakkan khilafah dan berjuang bersama untuk mewujudkannya dan menyerukan jihad ke Palestina. Karena seorang pemimpin adalah junnah dimana umat akan berlindung dibelakangnya sebagaimana sabda Rasulullah saw.
"Sesungguhnya al-imam (Khalifah) adalah perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya."
(HR Mutafaq Alaih)
Wallahualam bissawab.